[Ensiklopedi Al Quran] Al Baqarah ayat 10 (5) : wa lahum adzabun aliimun bima kanu yakdzibuun



البقرة  ١٠

[Ensiklopedi Al Quran] Al Baqarah ayat 10 (5) : wa lahum adzabun aliimun bima kanu yakdzibuun

Alih Bahasa dan Kompilasi : Reza Ervani bin Asmanu

بسم الله الرحمن الرحيم

Al Baqarah ayat 10 adalah lanjutan serial Ensiklopedi Al Quran

فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

وَلَهُمْ : الواو عاطفة؛ واللام للاختصاص. والاستحقاق.

wa lahum (dan bagi mereka). Huruf wawu disini adalah wawu ‘Athaf. Huruf laam untuk ikhtishash (mengkhususkan) dan al istihqaq (kelayakan/kepantasan) [Dalam arti mereka layak mendapat adzab]

عَذَابٌ أَلِيمٌ: أي: شديد الإيلام, لا يستطيع علئ مقاومته أحدء أليم في الكمية والنوعية.

Adzaabun aliimun (Adzab yang sangat pedih). Yakni Siksaan yang menyakitkan, sangat pedih, yang tidak bisa ditahan oleh siapapun. Rasanya begitu menyakitkan baik secara intensitas maupun kualitasnya.

وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ : العذاب: العقاب

Wa lahum ‘adzaabun aliimun. Al Adzab : al ‘Iqaab : Hukuman

أَلِيمٌ :  «فعيل» بمعنى «مفعل» أي: مؤلم موجع حسيا للأبدان ومعنويا للقلوب من التقريع والتوبيخ والإهانة لهم مما قد لا يقل عن الألم الحسي؛ 

Aliimun. Dalam wazan fa’iilun yang memiliki makna muf’ilun. Memiliki makna mu’limun (menyiksa) atau muuj’un (menyengsarakan), baik secara fisik terhadap tubuh maupun secara maknawi (emosional) terhadap hati, melalui penyiksaan, penghinaan, atau dipermalukan sehingga menyebabkan rasa sakit yang tak terbayangkan.

كما قال تعالى :

Sebagaimana Firman Allah Ta’ala :

كُلَّمَا أَرَادُوا أَن يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّذِي كُنتُم بِهِ تُكَذِّبُونَ

Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya” (Surah as Sajdah ayat 20)

‏ وقال تعالى: 

Juga Firman Allah Ta’ala :

خُذُوهُ فَغُلُّوهُ (٣٠)  ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ (٣١) ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوهُ (٣٢) إِنَّهُ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ (٣٤) وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ (٣٥) فَلَيْسَ لَهُ الْيَوْمَ هَاهُنَا حَمِيمٌ (٣٦) وَلَا طَعَامٌ إِلَّا مِنْ غِسْلِينٍ (٣٧)

“Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini. Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. (Surah al Haqqah ayat 30 – 37)

بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ : الباء للسببية, وما مصدرية.

bi maa kaanu yakdzibuun (disebabkan kesombongan mereka). Huruf ba disini adalah huruf ba sababiyah, dan maa disini adalah maa mashdariyah.

Al Baqarah ayat 10 : Bahasan Qiroat dan Lughah

قرأ عاصم وحمزة والكسائي (يَكْذِبُونَ) بفتح الياء وإسكان الكاف وكسر الذال. وقرأ الباقون بضم الياء وفتح الكاف وتشديد الذال (يُكَذِّبُوْن)

Imam ‘Aashim, Imam Hamzah dan Imam al Kisaa-i membaca dengan Yakdzibuun – Memfathahkan Huruf Ya, Mensukunkan Huruf Kaaf dan Mengkasrahkan huruf Dzal. Sementara Imam Qiroat yang lain membaca dengan mendhommahkan Huruf Ya, Memfathahkan Huruf Kaaf dan Mentasydidkan Huruf Dzal : Yukadzdzibuun 1

مَنْ قَرَأَ: يَكْذِبُونَ، بِالتَّخْفِيفِ، وَهُمُ الْكُوفِيُّونَ، فَالْفِعْلُ غَيْرُ مُتَعَدٍّ،

Mereka yang membaca dengan Yakdzibuun, yakni dengan takhfif, sebagaimana orang-orang Kuffah membacanya, maka fi’il tersebut ghair muta’addi (intransitif) [Mereka berdusta]

وَمَنْ قَرَأَ بِالتَّشْدِيدِ، وَهُمُ الْحَرَمِيَّانِ، وَالْعَرَبِيَّانِ، فَالْمَفْعُولُ مَحْذُوفٌ لِفَهْمِ الْمَعْنَى تَقْدِيرُهُ فَكَوْنُهُمْ يُكَذِّبُونَ اللَّهَ فِي أَخْبَارِهِ وَالرَّسُولَ فِيمَا جَاءَ بِهِ، 

Sementara yang membacanya dengan tasydid, sebagaimana orang-orang Makkah dan Madinah serta ‘Arabiyaan (Syam dan Bashrah) maka maf’ul-nya mahdzuf dengan pemahaman : yukadzdzibunaLlaha fii akhbarihi wa ar Rasula fiimaa jaa-a bihi (Mereka mendustakan berita-berita yang Allah Ta’ala sampaikan, juga mendustakan apa yang diturunkan kepada Rasul)

وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ الْمُشَدَّدُ فِي مَعْنَى الْمُخَفَّفِ عَلَى جِهَةِ الْمُبَالَغَةِ، كَمَا قَالُوا فِي: 

Dapat pula dikatakan bahwa mereka yang membaca dengan tasydid adalah memberikan makna mubalaghah (penekanan) pada sesuatu yang sebelumnya mukhaffah (ringan), sebagaimana jika kita mengatakan :

صَدَقَ صَدَّقَ،

Dia benar-benar benar

 بَانَ الشَّيْءُ بَيَّنَ

Sesuatu benar-benar jelas

 قَلُصَ الثَّوْبَ قَلَّصَ.

Memotong pakaian sepotong-potongnya (menjadi sempit) 2

— Selesai Kutipan dari Tafsir Bahrul Muhith —

أي: بسبب كذبهم بقولهم: آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ ,

Yakni disebabkan kedustaan mereka pada perkataan mereka : Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir, padahal mereka tidaklah termasuk orang-orang yang beriman

وسبب تكذيبهم الله ورسوله؛ فاجتمع في المنافقين أقبح الصفات, وأسوأ الخصال؛ الكفر والتكذيب, وهذه شر الأحوال؛ ولهذا توعدهم الله بسبب ذلك بالعذاب الأليم, بل بأشد العذاب, وهو الدرك الأسفل من النار؛ لأن الجزاء من جنس العمل قال تعالى:

Disebabkan kedustaan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya. Sifat terjelek dan karakter terburuk berkumpul dalam orang munafik, yaitu kekafiran dan kedustaan. Ini merupakan seburuk-buruk keadaan. Oleh karena itu, Allah mengancam mereka dengan siksaan yang menyakitkan, bahkan dengan siksaan yang lebih berat, yaitu tempat mereka di dasar neraka. Sesuai dengan perbuatan mereka, sebagaimana Firman Allah Ta’ala :

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (Surah an Nisa ayat 145)

Allahu Ta’ala ‘A’lam

Alhamdulillah, selesai pembahasan ayat ke-10 Surah al Baqarah, in sya Allah dilanjutkan ke ayat 11

Catatan Kaki

  1. Lihat Aunur Rahman fii Tafsir al Quran
  2. Lihat Tafsir Bahrul Muhith


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.