Kritik Riwayat Asbabun Nuzul (6)



نقد روايات النزول عند ابن عطية

Kritik terhadap Riwayat Asbabun Nuzul menurut Ibnu ‘Athiyyah (Bagian Keenam)

Oleh : Syaikh Muhammad Shalih Sulaiman

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Kritik Terhadap Riwayat Asbabun Nuzul ini masuk dalam Kategori Asbabun Nuzul

Artikel ini berasal dari kitab “ash-Shina‘ah an-Naqdiyyah fi Tafsir Ibni ‘Athiyyah”, terbitan Markaz Tafsir tahun 1437 H / 2016 M, hlm. 291 dan setelahnya

وقال ابن عباس: «الآية إنما نزلت في أهل الكتاب وبُخلِهِم ببيان ما علَّمَهُم الله مِن أمرِ محمد -صلى الله عليه وسلم-، وقال ذلك مجاهد وجماعة من أهل التفسير،

Ibnu ‘Abbas berkata: “Sesungguhnya ayat ini turun mengenai Ahli Kitab dan kekikiran mereka dalam menyampaikan apa yang telah Allah ajarkan kepada mereka tentang perkara Nabi Muhammad ﷺ.” Pendapat ini juga dikemukakan oleh Mujahid dan sekelompok ahli tafsir.

وقوله تعالى: ﴿سَيُطَوَّقُونَ﴾

Mengenai firman Allah

﴿سَيُطَوَّقُونَ﴾,

على هذا التأويل معناه: سَيُحَمَّلُون عقابَ ما بخلوا به، فهو من الطاقة، كما قال تعالى: 

menurut penafsiran ini maksudnya adalah: mereka akan dibebani dengan hukuman atas kekikiran mereka; kata tersebut berasal dari kata thāqah (kemampuan menanggung beban), sebagaimana dalam firman Allah:

﴿وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ﴾

“Dan atas orang-orang yang mampu melaksanakannya (puasa), wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.” (Surah al-Baqarah ayat 184)

وليس من التطويق. وقال إبراهيم النخعي: ﴿سَيُطَوَّقُونَ﴾ 

dan bukan dari kata tathwīq (melilit leher). Adapun Ibrahim an-Nakha‘ī berpendapat bahwa

﴿سَيُطَوَّقُونَ﴾,

سَيُجعَل لهم يوم القيامة طوقٌ من نار، وهذا يجري مع التأويل الأول الذي ذكرتُه للسدي وغيره. وقال مجاهد: سَيُكَلَّفُون أن يأتوا بمثل ما بخلوا به يوم القيامة، وهذا يَضرِبُ مع قوله: إنَّ البخل هو بالعلم الذي تفضَّل الله عليهم بأنْ علَّمَهُم إيّاه

berarti mereka akan dipasangkan kalung dari api pada hari kiamat. Ini sesuai dengan tafsiran pertama yang disebutkan dari as-Suddī dan lainnya. Sedangkan Mujahid menafsirkan bahwa mereka akan dibebani untuk menghadirkan apa yang dahulu mereka kikirkan pada hari kiamat. Ini sesuai dengan pendapat bahwa kekikiran yang dimaksud adalah menahan ilmu yang telah Allah anugerahkan kepada mereka.1

فقد أشار ابن عطية إلى اختلاف معنى قوله تعالى: ﴿سَيُطَوَّقُونَ﴾ باختلاف المعنى الذي ارتأته كلُّ طائفة؛ فقال بعضهم: هو من التطويق، وقال آخرون: هو من الطاقة، وذلك راجع إلى اختلاف القول فيمن نزلَت فيه.

Ibnu ‘Athiyyah menunjukkan bahwa makna firman Allah سَيُطَوَّقُونَ berbeda tergantung kepada makna yang diyakini oleh masing-masing kelompok. Sebagian menafsirkannya dengan “melilitkan kalung”, sementara yang lain memaknainya dengan “beban tanggung jawab”. Perbedaan ini kembali kepada perbedaan dalam menentukan siapa yang menjadi sasaran turunnya ayat tersebut.

وفي قوله تعالى:

Dalam menafsirkan firman Allah:

﴿إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا﴾ [سورة البروج: ١٠]

“Sesungguhnya orang-orang yang menyiksa kaum mukminin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat…” (Surah al-Burūj ayat 10)

ذكَرَ قولَين في المراد من قوله تعالى: ﴿فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ﴾:

Ibnu ‘Athiyyah menyebutkan dua pendapat tentang siapa yang dimaksud dengan

﴿فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ﴾

الأول: أنهم المذكورون في قصة أصحاب الأخدود، وعليه تكون الفتنة بمعنى الإحراق.

Pertama: Mereka adalah orang-orang yang disebut dalam kisah Ashḥāb al-Ukhdūd (Para penghuni parit), maka kata “fitnah” bermakna “membakar”.

الثاني: أنها نزلت في قريش، وعليه يكون معنى الفتنة الامتحان والتعذيب

Kedua: Ayat ini turun mengenai orang-orang Quraisy, maka makna “fitnah” di sini adalah ujian dan penyiksaan. 2

 فاختَلَفَ معنى الفتنة باختلاف الطائفة التي نزلت فيها الآية أو صَدَقَ عليها معناها.

Dengan demikian, makna kata “fitnah” dalam ayat ini berbeda tergantung kepada kelompok mana yang dimaksud atau kepada siapa ayat ini diturunkan.

بيانه لأثر الاختلاف في النزول على اتساع المعنى:

Penjelasan Ibnu ‘Athiyyah tentang Pengaruh Perbedaan Sebab Nuzul terhadap Luasnya Makna:

ففي قوله -سبحانه وتعالى-:

Dalam firman-Nya:

﴿وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ﴾ [سورة الرعد: ١٣]

“Dan Dia mengirimkan halilintar, lalu menyambarkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, sedang mereka berbantah-bantahan tentang Allah; dan Dia sangat keras siksa-Nya.” (Surah ar-Ra‘d ayat 13)

قال ابن عطية: «ورُوي عن عبد الرحمن بن صُحَار العبديّ أنه بَلَغَه أنَّ جبّارًا من جبابرة العرب بَعَثَ إليه النبيُّ -صلى الله عليه وسلم- لِيُسلِمَ، فقال: أخبروني عن إلهِ محمد، أمِن لؤلؤٍ هو، أو مِن ذهبٍ؟! فنزلت عليه صاعقة ونزلت الآية فيه.

Ibnu ‘Athiyyah berkata: “Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Shuḥār al-‘Abdī bahwa telah sampai kabar kepadanya, bahwa ada seorang tiran dari kalangan para penguasa Arab, lalu Nabi ﷺ mengirimkan utusan kepadanya agar ia masuk Islam. Maka orang itu berkata: ‘Beritahu aku tentang Tuhan Muhammad, apakah Ia terbuat dari mutiara atau emas?’ Maka turunlah halilintar menyambarnya dan ayat ini pun turun mengenai dirinya.

وقال مجاهد: إنّ بعض اليهود جاء إلى النبيّ -صلى الله عليه وسلم- لِيُناظِرَه، فبينما هو كذلك إذ نزلت صاعقة فأخَذَت قِحْفَ رأسه؛ فنزلت الآية فيه.

Mujahid berkata: “Seorang Yahudi datang menemui Nabi ﷺ untuk berdebat dengannya. Saat ia sedang demikian, turunlah halilintar yang mengenai batok kepalanya 3 – maka turunlah ayat ini mengenai dirinya.”

وقوله:

Adapun firman Allah

﴿وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ﴾

Mereka sedang mereka berbantah-bantahan tentang Allah

 يجوز أن تكون إشارةً إلى جدال اليهودي المذكور، وتكون الواوُ واوَ حالٍ، أو إلى جدال الـجبّـار المذكور. ويجوز إنْ كانت الآية على غير سبب، أن يكون قولُه: ﴿وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ﴾ إشارةً إلى جميع الكَفَرة من العرب وغيرهم الذين جُلِبَت لهم هذه التنبيهات

dapat dimaknai sebagai isyarat kepada perdebatan si Yahudi yang disebutkan, dan huruf wāw di situ adalah wāw ḥāl (kata penghubung keadaan); atau sebagai isyarat kepada perdebatan si penguasa tiran tersebut. Bisa juga, jika ayat ini dianggap tidak memiliki sebab khusus, bahwa firman-Nya tersebut adalah isyarat umum kepada semua orang kafir dari kalangan Arab dan selain mereka, yang diberikan peringatan dengan ayat ini.4

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah


Baca lebih nyaman dengan aplikasi rezandroid. Download versi terbaru di Google Play Store : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.rezaervani.rezandroid

Catatan Kaki

  1. Lihat: al-Muharrar al-Wajiz (2/430–431).
  2. Lihat: al-Muharrar al-Wajiz (8/579); lihat pula: (2/408–409, Surah Ali ‘Imran: 161), (2/590, Surah an-Nisa: 60), (5/416, Surah an-Nahl: 110).
  3. Qihf adalah tulang di atas otak dari bagian tengkorak kepala. Bentuk jamaknya adalah qihfah dan aqḥāf. Sedangkan qaḥf berarti memotong atau memecahkannya; sehingga seseorang disebut maqḥūf, yakni yang tengkoraknya terpotong. Lihat: al-‘Ain (3/51), bab ḥā’, qāf, dan fā’.
  4. Lihat: al-Muḥarrar al-Wajīz (5/191).


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.