
براعة الاستهلال في سورة البقرة؛ عرضٌ وتحليلٌ
Keindahan Pembukaan dalam Surah Al-Baqarah: Kajian dan Analisis (Bagian Keenam)
Oleh : Abdun Nashir Salamah
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Keindahan Pembukaan al Baqarah ini termasuk dalam Kategori Serial Bahasa al Quran
ومما يستدعيه كونُ هذا القرآن معجزًا وكاملًا أن يكون محفوظًا ومصونًا عن التعرُّض إلى التحريف أو الزوال؛ ولذلك جيء بما يدلّ على هذا المعنى في الجملة الآنفة الذِّكْر:
Di antara konsekuensi dari Al-Qur’an yang bersifat mukjizat dan sempurna adalah bahwa ia harus dijaga dan dilindungi dari perubahan ataupun lenyap. Oleh karena itu, isyarat terhadap makna ini disampaikan dalam kalimat sebelumnya :
ذَلِكَ الْكِتَابُ
“Itulah kitab” (Surah Al-Baqarah ayat 2).
إذ أوثر هنا لفظ الكتاب على لفظ القرآن الدال على القراءة ليكون كالأمر بتقييد ما ينزل من الوحي لأجل حفظه؛ إِذ الكتابة قَيْد العلم، وفي هذا يقول ابن عاشور كذلك: وتسمية القرآن كتابًا إشارةٌ إلى وجوب كتابته لحفظه . ومن المعلوم أن القرآن جُمع كتابةً في مصاحف على عهد الخليفة أبي بكر -رضي الله عنه- لمّا خيف ذهابه بذهاب حمَلته في ساحات المعارك؛ فكانت كتابته وسيلة تحقيق الله الوعد بحفظه.
Di sini dipilih lafaz “kitab” alih-alih “Qur’an” yang menunjuk pada bacaan, untuk menunjukkan adanya perintah agar wahyu yang diturunkan itu dibukukan demi penjagaannya; karena tulisan adalah pengikat ilmu. Dalam hal ini Ibn ‘Asyur berkata pula: “Penyebutan Al-Qur’an dengan istilah ‘kitab’ adalah isyarat akan kewajiban menulisnya untuk menjaganya.” 1 Telah diketahui bahwa Al-Qur’an dikumpulkan secara tertulis dalam mushaf pada masa khalifah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, ketika dikhawatirkan hilangnya Al-Qur’an seiring gugurnya para penghafalnya di medan pertempuran. Maka penulisannya menjadi sarana untuk mewujudkan janji Allah dalam menjaga wahyu-Nya.
ومما يستتبعه أيضًا كونُ هذا الكتاب معجزًا ورفيعًا وكاملًا أن يكون سالمًا مما يقدح فيه من الصفات؛ كالاختلال والاضطراب والتضارب، وهو ما نُفي عنه بقوله تعالى:
Konsekuensi lain dari kitab ini yang bersifat mukjizat, agung, dan sempurna adalah bahwa ia harus bersih dari segala sifat yang merusak kehormatannya, seperti kekacauan, kontradiksi, dan pertentangan. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah :
﴿لَا رَيْبَ فِيهِ﴾ [البقرة: ٢]،
“Tidak ada keraguan di dalamnya” (Surah Al-Baqarah ayat 2).
إذ ذهب جمعٌ من المفسِّرين إلى أن المراد من هذه الجملة النافية بيان أنه ليس في القرآن ما يوجب ارتيابًا وشكًّا في صحته؛ كأن يكون فيه كلامٌ يناقض بعضه بعضًا أو كلامٌ يجافي الحقيقة والفضيلة، أو يكون فيه أمرٌ بارتكاب الشر والفساد أو يصرف عن الأخلاق الفاضلة، وانتفاءُ ذلك عنه يقتضي أن ما يشتمل عليه القرآن إذا تدبَّر فيه المتدبِّر وجده مفيدًا اليقين بأنه من عند الله تعالى
Sejumlah mufassir berpendapat bahwa maksud dari kalimat penafian ini adalah penjelasan bahwa tidak ada satu pun hal dalam Al-Qur’an yang menimbulkan keraguan atau membuat orang meragukan kebenarannya—seperti jika ada pertentangan antar ayat, atau isinya bertentangan dengan realitas atau kebajikan, atau memerintahkan keburukan dan kerusakan, atau mengarahkan kepada akhlak yang tercela. Ketiadaan semua itu menunjukkan bahwa siapa pun yang bertadabbur terhadap isi Al-Qur’an akan mendapatkan keyakinan bahwa ia benar-benar berasal dari Allah Ta‘ala 2.
والذي يظهر بالتدبّر في ما اشتمل عليه قوله تعالى:
Yang juga tampak dari hasil tadabbur terhadap kandungan firman Allah :
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ
“Itulah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya” (Surah Al-Baqarah ayat 2),
من الصفات الجليلة في حقّ القرآن أن فيه تعريضًا بما مع أهل الكتاب من التوراة والإنجيل اللذَيْن اعتراهما من التغيير البشريِّ ما حطَّ من منزلتهما بما أُدخل عليهما من الاضطراب والاختلاف المنتفيين عن القرآن العظيم، وقد تطرّقت سورة البقرة إلى ذِكْر تحريف اليهود للتوراة وتغيير ما أنزل اللهُ إليهم فيه من المواعظ والأحكام إلى ما يوافق أهواءهم ومراداتهم، كما قال تعالى في شأنهم:
adalah bahwa ayat ini menyiratkan sindiran terhadap kitab-kitab yang dimiliki oleh Ahli Kitab, yakni Taurat dan Injil, yang telah mengalami perubahan oleh tangan manusia, sehingga merusak kedudukannya dengan adanya kekacauan dan pertentangan yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an yang agung. Surah Al-Baqarah sendiri telah menyinggung tentang penyimpangan orang-orang Yahudi terhadap Taurat dan perubahan terhadap apa yang Allah turunkan kepada mereka berupa nasihat dan hukum, sehingga sesuai dengan hawa nafsu dan keinginan mereka. Sebagaimana firman Allah tentang mereka:
﴿أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ﴾ [البقرة: ٧٥]،
“Apakah kalian masih mengharapkan mereka akan percaya kepada kalian, padahal segolongan dari mereka dahulu mendengarkan firman Allah lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, padahal mereka mengetahuinya” (Surah Al-Baqarah ayat 75),
وقوله تعالى:
dan firman-Nya :
﴿فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ﴾ [البقرة: ٧٩]؛
“Maka celakalah bagi orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka, lalu berkata: ‘Ini dari Allah,’ untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengannya. Maka celakalah mereka atas apa yang ditulis oleh tangan mereka dan celakalah mereka atas apa yang mereka peroleh” (Surah Al-Baqarah ayat 79).
فتكون الإشارة اللطيفة إلى هذا الموضوع في مطلع السورة من براعة الاستهلال.
Maka isyarat halus terhadap tema ini dalam pembukaan surah merupakan bagian dari keindahan pembukaannya (bara‘ah al-istihlal).
كما أنّ الحديث عن تحريف أهل الكتاب للتوراة والإنجيل ليس مقتصرًا على سورة البقرة فحسب، بل تكرّر ذِكْره لا سيما في السور المدنية التي تلت البقرة؛ وهي آل عمران، والنساء، والمائدة، فيكون في الإشارة إلى ذلك هنا براعةُ استهلال بالنسبة لجميع القرآن. ويدخل في هذا الحكم أيضًا القرآن المكيُّ بما اشتمل عليه من الآيات العديدة المنوِّهة برفعة كتاب الله تعالى، كما في قوله تعالى:
Demikian pula, pembicaraan tentang penyimpangan Ahli Kitab terhadap Taurat dan Injil tidak terbatas hanya pada Surah Al-Baqarah saja, melainkan berulang kali disebutkan, terutama dalam surah-surah Madaniyyah yang datang setelah Al-Baqarah, yaitu Ali ‘Imran, An-Nisa, dan Al-Ma’idah. Maka penyebutan hal tersebut dalam pembukaan Surah Al-Baqarah juga merupakan bentuk keindahan pembukaan (bara‘ah al-istihlal) dalam konteks keseluruhan Al-Qur’an. Termasuk dalam ketentuan ini pula adalah Al-Qur’an Makki, karena mengandung banyak ayat yang menjelaskan kemuliaan Kitab Allah Ta‘ala. Seperti dalam firman-Nya:
﴿فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ * وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ * إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ * فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ * لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ * تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ﴾ [الواقعة: ٧٥ – ٨٠].
“Maka Aku bersumpah dengan tempat-tempat terbenamnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya itu adalah sumpah yang besar jika kalian mengetahui. Sesungguhnya ini adalah Al-Qur’an yang mulia, dalam kitab yang terpelihara. Tidak ada yang menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam.” (Surah Al-Waqi‘ah ayat 75–80).
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Baca lebih nyaman dengan aplikasi rezandroid. Download versi terbaru di Google Play Store : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.rezaervani.rezandroid
Leave a Reply