Keindahan Pembukaan al Baqarah (5)



براعة الاستهلال في سورة البقرة؛ عرضٌ وتحليلٌ

Keindahan Pembukaan dalam Surah Al-Baqarah: Kajian dan Analisis (Bagian Kelima)

Oleh : Abdun Nashir Salamah

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Keindahan Pembukaan al Baqarah ini termasuk dalam Kategori Serial Bahasa al Quran

كما أنّ التحدي بالإتيان بمثل القرآن قد تكرّر ذِكْره تصريحًا في مواضعَ عديدةٍ من القرآن، كما في قوله تعالى:

Tantangan untuk mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur’an juga telah disebutkan secara eksplisit di banyak tempat dalam Al-Qur’an, seperti dalam firman Allah Ta‘ala :

﴿أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ﴾ [هود: ١٣]، 

“Ataukah mereka berkata: ‘Dia telah mengada-adakannya’. Katakanlah: ‘Datangkanlah sepuluh surah semisalnya yang dibuat-buat dan panggillah siapa saja yang dapat kalian panggil selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar’” (Surah Hud ayat 13),

وقوله تعالى: 

dan firman-Nya:

﴿قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا﴾ [الإسراء: ٨٨]، 

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an ini, mereka tidak akan mampu membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain’” (Surah Al-Isra ayat 88).

كما تكرّر تلميحًا في صورة حروف التهجي التي استُهلّت بها سورٌ عديدةٌ من القرآن الكريم، لا سيما في المكيِّ منه، فيكون افتتاحُ البقرة بهذه الحروف الدالة على التحدي والإعجاز براعةَ استهلالٍ بالنسبة لجميع القرآن أيضًا.

Demikian pula, tantangan ini juga diisyaratkan dalam bentuk huruf-huruf hijaiyah yang mengawali banyak surah dalam Al-Qur’an, khususnya surah-surah Makkiyyah. Maka pembukaan Surah Al-Baqarah dengan huruf-huruf ini yang menunjukkan tantangan dan kemukjizatan juga merupakan bentuk keindahan pembukaan terhadap keseluruhan Al-Qur’an.

بل نزيد هنا قولًا: وهو أن الإحكام في القرآن الذي يفيده نفيُ الرِّيبة والشّك عنه في قوله تعالى بعد ذلك:

Bahkan kita tambahkan di sini satu pernyataan: bahwa keteguhan Al-Qur’an yang ditegaskan oleh tiadanya keraguan dan kebimbangan dalam firman-Nya:

﴿ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ﴾ [البقرة: ٢]، 

“Itulah kitab yang tidak ada keraguan padanya” (Surah Al-Baqarah ayat 2),

فيه إيماءٌ أيضًا للنظر في علومٍ أخرى مشتملٍ عليها القرآنُ دالّةٍ على إعجازه من غير لغته وأسلوبه؛ كجانب تشريعه، وأخباره، وإشاراته الكونية؛ إِذْ لا يجد المتدبِّر أيَّ تضاربٍ يبعث على الريبة بين القرآن وبين هذه العلوم الموجودة فيه، بل يجد خلاف ذلك ما يزيده يقينًا أنه من عند الله تعالى، مصداقًا لقوله تعالى :

juga mengisyaratkan perlunya meneliti ilmu-ilmu lain yang terkandung dalam Al-Qur’an dan menunjukkan kemukjizatannya selain dari sisi bahasa dan gayanya, seperti sisi syariat, berita-berita yang dikandungnya, dan isyarat-isyarat ilmiahnya. Karena seorang yang bertadabbur tidak akan mendapati adanya pertentangan yang menimbulkan keraguan antara Al-Qur’an dan ilmu-ilmu tersebut, bahkan ia justru akan mendapati sebaliknya, yakni hal-hal yang semakin menguatkan keyakinannya bahwa Al-Qur’an benar-benar berasal dari Allah Ta‘ala, sebagaimana firman-Nya :

﴿أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا﴾ [النساء: ٨٢]، 

“Tidakkah mereka mentadabburi Al-Qur’an? Kalau sekiranya ia datang dari selain Allah, niscaya mereka akan mendapati di dalamnya banyak pertentangan” (Surah An-Nisa ayat 82).

فتكونُ هذه الجملةُ من القرآن -مع وجازتها- جامعةً لكلّ ما تفصَّل فيه من الدلائل على أنه من عند الله تعالى، وهذا من براعة الاستهلال في السورة.

Maka ayat yang singkat ini pun sudah mencakup seluruh bukti yang terperinci bahwa Al-Qur’an berasal dari Allah Ta‘ala. Dan inilah bagian dari keindahan pembukaan surah ini.

التنويه بالقرآن:

Penegasan Keagungan Al-Qur’an:

لا شك أنّ ثبوت إعجاز القرآن الكريم وربانيته يقتضي رفعةَ شأنه وعلوَّ قدره؛ ولأجل ذلك جاءت الإشارةُ تاليةً في هذا الموضع بما يدلّ على هذا المعنى وهو قوله تعالى:

Tidak diragukan lagi bahwa jika kemukjizatan dan asal Ilahi Al-Qur’an telah tetap dan terbukti, maka hal itu menuntut pengakuan atas kemuliaan dan kedudukannya yang tinggi. Oleh karena itu, datanglah isyarat setelahnya yang menunjukkan makna ini, yaitu firman Allah :

﴿ذَلِكَ الْكِتَابُ﴾ [البقرة: ٢]، 

“Itulah kitab (yang agung itu)” (Surah Al-Baqarah ayat 2).

وفي هذا يقول ابن عاشور: «فلا جَرَم أن كانت الإشارة في الآية باستعمال اسم الإشارة للبعيد لإظهار رفعة شأن هذا القرآن لجعله بعيد المنزلة. وقد شاع في الكلام البليغ تمثيلُ الأمر الشريف بالشيء المرفوع في عِزَّة المنال؛ لأن الشيء النفيس عزيزٌ على أهله، فمن العادة أن يجعلوه في المرتفعات صونًا له عن الدُّروس وتناول كثرة الأيدي والابتذال، فالكتاب هنا لمّا ذُكر في مقام التحدي بمعارضته بما دلَّت عليه حروف التهجي في: 

Tentang ini, Ibn ‘Asyur berkata: “Tidak diragukan bahwa penggunaan kata tunjuk jarak jauh dalam ayat ini menunjukkan tingginya kedudukan Al-Qur’an, seakan-akan ia berada di tempat yang jauh karena tingginya martabat. Dalam bahasa yang fasih, hal semacam ini umum: memisalkan sesuatu yang mulia dengan sesuatu yang berada di tempat tinggi dan sulit dijangkau, karena sesuatu yang bernilai itu dijaga oleh pemiliknya, biasanya diletakkan di tempat tinggi untuk melindunginya dari kerusakan, banyak tangan yang menjamah, atau dari direndahkan. Maka ketika Al-Qur’an disebut dalam konteks tantangan, sebagaimana ditunjukkan oleh huruf-huruf pembuka seperti

﴿الـم﴾ [البقرة: ١]

Alif Lam Mim (Surah Al-Baqarah ayat 1),

كان كالشيء العزيز المنال بالنسبة إلى تناولهم إياه بالمعارضة، أو لأنه لصدق معانيه ونَفعِ إرشاده بعيدٌ عمّن يتناوله بهُجْر القول كقولهم :

ia seolah menjadi sesuatu yang sangat sulit dijangkau oleh mereka yang hendak menandingi. Atau karena kebenaran makna-makna yang dikandungnya dan manfaat dari petunjuknya, ia sangat jauh dari orang-orang yang ingin mencelanya dengan ucapan-ucapan sia-sia seperti perkataan mereka :

﴿افْتَرَاهُ﴾ [يونس: ٣٨]،

“Dia mengada-adakannya” (Surah Yunus ayat 38),

وقولهم : ﴿أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ﴾ [الأنعام: ٢٥]

atau perkataan mereka: “Dongeng-dongengan orang dahulu” (Surah Al-An’am ayat 25).1

كما أنّ من مقتضيات كون هذا القرآن معجزًا أن يكون كاملًا فيما يشتمل عليه من الأوصاف والهدايات؛ فكأنّ ما عداه من الكتب بالنسبة إليه ناقصٌ، وقد دلّ على هذا المعنى كذلك قوله تعالى:

Demikian pula, termasuk konsekuensi dari Al-Qur’an yang bersifat mukjizat adalah bahwa ia harus sempurna dalam segala sifat dan petunjuk yang dikandungnya; sehingga seakan-akan selain Al-Qur’an dari kitab-kitab lain adalah kurang bila dibandingkan dengannya. Hal ini juga ditunjukkan dalam firman Allah Ta‘ala :

﴿ذَلِكَ الْكِتَابُ﴾ [البقرة: ٢]، 

“Itulah kitab (yang agung itu)” (Surah Al-Baqarah ayat 2).

يقول العلَّامة ابن عاشور مبينًا هذا المعنى أيضًا: «ويجوز أن يكون ﴿الْكِتَابُ﴾ خبرًا عن اسم الإشارة، ويكون التعريفُ تعريفَ الجنس فتفيد الجملة قصرَ حقيقة الكتاب على القرآن بسبب تعريف الجزأين، 

Al-‘Allamah Ibn ‘Asyur menjelaskan makna ini dengan mengatakan: “Boleh jadi kata ‘al-Kitāb’ (الْكِتَابُ) merupakan khabar (predikat) dari kata tunjuk tersebut (‘dzālika’), dan definisi ‘al’ pada kata ‘kitab’ diartikan sebagai definisi jenis (jins), sehingga kalimat ini bermakna pembatasan hakikat ‘kitab’ hanya pada Al-Qur’an, karena kedua kata (‘dzālika’ dan ‘al-kitāb’) didefinisikan.

ومعناه: ذلك هو الكتاب الجامع لصفات الكمال في جنس الكتب، بناءً على أن غيره من الكتب إذا نُسبت إليه كانت كالمفقود منها وصفُ الكتاب لعدم استكمالها جميع كمالات الكتب، وهذا التعريف قد يُعبِّر عنه النحاة في تعداد معاني لام التعريف بمعنى الدلالة على الكمال»[19]؛ وذلك كقولهم: زيدٌ الرَّجل؛ يقصدون بذلك: الكامل في الأوصاف

Maksudnya adalah: Itulah kitab yang menghimpun seluruh sifat kesempurnaan dalam jenis kitab. Karena kitab-kitab lain jika dibandingkan dengannya, maka seakan-akan tidak layak lagi disebut kitab karena tidak memiliki seluruh kesempurnaan yang seharusnya ada pada sebuah kitab. Para ahli nahwu menyebut definisi seperti ini sebagai salah satu makna dari huruf ‘al’ yang menunjukkan makna kesempurnaan.” 2 Hal ini seperti ucapan mereka: “Zaid adalah “ar-rajul” (lelaki itu)”—yang dimaksud adalah: lelaki yang sempurna dalam segala sifatnya 3.

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah


Baca lebih nyaman dengan aplikasi rezandroid. Download versi terbaru di Google Play Store : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.rezaervani.rezandroid

Catatan Kaki

  1. Lihat at-Tahrir wa at-Tanwir (1/220–221)
  2. Lihat at-Tahrir wa at-Tanwir (1/221)
  3. Lihat al-Bahr al-Muhith fi at-Tafsir, 1/161


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.