
نقد روايات النزول عند ابن عطية
Kritik terhadap Riwayat Asbabun Nuzul menurut Ibnu ‘Athiyyah (Bagian Kedelapan)
Oleh : Syaikh Muhammad Shalih Sulaiman
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Kritik Terhadap Riwayat Asbabun Nuzul ini masuk dalam Kategori Asbabun Nuzul
Artikel ini berasal dari kitab “ash-Shina‘ah an-Naqdiyyah fi Tafsir Ibni ‘Athiyyah”, terbitan Markaz Tafsir tahun 1437 H / 2016 M, hlm. 291 dan setelahnya
٨) بيان مقصد المفسِّر من التعبير بالنزول قبل المسارعة إلى انتقاده:
8) Penjelasan Tujuan Para Mufassir dalam Menggunakan Istilah “Nuzul” Sebelum Terburu-buru Mengkritiknya:
للمفسِّرين في التعبير بلفظ النزول مقصدان:
Para mufassir memiliki dua maksud dalam menggunakan istilah “nuzul” (turun):
المقصد الأول: بيان سبب نزول الآية.
Maksud pertama: Menjelaskan sebab turunnya ayat.
المقصد الثاني: بيان ما يدخل تحت الآية من المعاني.
Maksud kedua: Menjelaskan makna-makna yang termasuk dalam cakupan ayat tersebut.
وظاهرٌ أنّ المقصد الثاني واسع جدًّا، لا يتقيّد بزمنٍ ولا بحادثة ولا بسبب؛ بل كلُّ ما تشمله الآية من المعاني يُعبَّر عنه بالنزول، فهو من باب التفسير لا من باب النزول.
Sudah jelas bahwa maksud kedua sangatlah luas, tidak terbatas pada waktu tertentu, peristiwa, atau sebab tertentu. Segala makna yang tercakup dalam ayat bisa diungkapkan dengan istilah “nuzul” — ini masuk dalam ranah tafsir, bukan dalam pengertian sababun nuzul secara teknis.
وعلى هذا يجوز أن يَذكر المفسِّر معنًى من المعاني أو حادثةً من الحوادث حصلت بعد نزول الآية أو قبلها ولو بزمن طويل، ويقول بكون الآية نازلةً في ذلك المعنى أو تلك الحادثة؛ لأنه -والحالة هذه -لا يقصد الحكم بسببية تلك الحادثة للآية، وإنما يقصد شمول معنى الآية لتلك الحادثة، ولكلّ الحوادث المشابهة لها في كلّ زمان.
Dengan demikian, seorang mufassir boleh saja menyebut suatu makna atau peristiwa yang terjadi jauh setelah atau sebelum ayat diturunkan, dan menyatakan bahwa ayat tersebut “turun” dalam konteks makna atau peristiwa itu. Karena dalam hal ini, ia tidak bermaksud menetapkan bahwa peristiwa itu adalah sebab nuzul ayat, melainkan ingin menunjukkan bahwa makna ayat mencakup peristiwa tersebut dan yang semisal dengannya sepanjang zaman.
ولا شكّ أنَّ الغفلة عن ذلك المقصد لها أثر كبير في انتقادِ كثيرٍ من عبارات المفسِّرين في النزول؛ لكون المنتقد معتقدًا أن المفسِّر القائل بلفظ النزول يقصد سبب النزول.
Tidak diragukan lagi, kelalaian terhadap maksud ini memberi dampak besar terhadap banyak kritik terhadap pernyataan para mufassir yang menggunakan istilah “turun”, karena para pengkritik mengira bahwa mufassir tersebut bermaksud menetapkan sababun nuzul.
وقد كان ابن عطية متيقظًا لذلك المقصد، عارفًا بأغراض المفسِّرين ومقاصدهم في التعبير بالنزول، فتراه يوجِّه كثيرًا من تلك العبارات، ويبيِّن مقاصد قائليها، ويعدِّد الاحتمالات التي يمكن تخريجها عليها، ويَذكر كيفية التعامل معها؛ دفعًا لِمَا قد يُتوَهَّم فيها من خطأ، أو يُوَجَّه إليها من انتقاد.
Ibnu ‘Athiyyah sangat waspada terhadap maksud ini. Ia memahami dengan baik maksud para mufassir dalam menggunakan istilah “turun”, sehingga ia sering mengarahkan makna dari pernyataan tersebut, menjelaskan maksud pembicaranya, menyebutkan berbagai kemungkinan penafsiran terhadapnya, dan menjelaskan bagaimana menyikapinya agar tidak muncul dugaan kekeliruan atau kritik yang tidak pada tempatnya.
وكانت له مع أمثال هذه التعبيرات لفتاتٌ رائعة، ووقفاتٌ رائقة؛ فتراه -مثلًا – يَقبل القول بنزول الآية المكية في حادثة مدنية، أو القول بنزول الآية في حادثة حدثت قبل نزولها، أو يوازن بين المقصدَيْن: التفسيري، وسبب النزول؛ لِيَرَى أيّهما ألْيَق بالمعنى، وأقرب للصواب.
Ia memiliki pandangan tajam dan penjelasan yang elegan terhadap ekspresi semacam ini. Misalnya, ia menerima pendapat bahwa ayat Makkiyah bisa disebut turun dalam peristiwa Madaniyah, atau bahwa ayat diturunkan berkaitan dengan peristiwa yang terjadi sebelum penurunannya. Ia pun menimbang antara dua maksud, yakni makna tafsir dan sebab nuzul, untuk melihat mana yang lebih layak secara makna dan lebih dekat kepada kebenaran.
فمن ذلك مثلًا: قول قتادة: إنّ قوله تعالى:
Contohnya adalah perkataan Qatadah: Sesungguhnya firman Allah:
﴿وَإِنْ يُرِيدُوا خِيَانَتَكَ فَقَدْ خَانُوا اللَّهَ مِنْ قَبْلُ فَأَمْكَنَ مِنْهُمْ﴾ [سورة الأنفال: ٧١]
“Dan jika mereka bermaksud mengkhianatimu, maka sungguh mereka telah mengkhianati Allah sebelumnya, maka Allah memberi kekuasaan atas mereka.” (Surah al-Anfāl ayat 71)
نزلت في عبد الله بن سعد بن أبي سَرْح.
Ia berkata bahwa ayat ini turun mengenai ‘Abdullah bin Sa‘d bin Abī Sarḥ.
فقد علَّق عليه ابن عطية بقوله: «وأمّا تفسير هذه الآية بقصة عبد الله بن أبي سَرْح فينبغي أن يُحرَّر؛ فإنْ جُلبت قصة عبد الله بن أبي سرح على أنها مثال، كما يمكن أن تُجلَب أمثلة في عصرنا من ذلك فحَسَنٌ، وإن جُلبت على أنّ الآية نزلت في ذلك فخطأ؛ لأن ابن أبي سرح إنما تبيَّن أمرُهُ في يوم فتح مكة، وهذه الآية نزلت عَقِيب بدرٍ
Ibnu ‘Athiyyah memberikan komentar: “Adapun menafsirkan ayat ini dengan kisah ‘Abdullah bin Abī Sarḥ, maka hal itu perlu diperjelas. Jika kisahnya dibawa sebagai contoh saja —sebagaimana kita bisa membawa contoh-contoh serupa pada zaman kita— maka itu baik. Tapi jika kisah itu dijadikan sebab turunnya ayat, maka itu keliru; karena perkara ‘Abdullah bin Abī Sarḥ baru menjadi jelas pada hari penaklukan Makkah, sedangkan ayat ini diturunkan setelah Perang Badar.” 1
وتحرير ابن عطية هنا بالغ الدقة؛ فقد ذكر احتمالين لقول قتادة، وبَيَّن صحّة أحدهما وخطأ الآخر، وعلّة تصحيح وتخطئة كلّ احتمال منهما.
Penjelasan Ibnu ‘Athiyyah ini sangatlah teliti. Ia menyebut dua kemungkinan atas ucapan Qatadah, lalu menjelaskan mana yang benar dan mana yang keliru, serta alasan mengapa satu kemungkinan diterima dan lainnya ditolak.
ومن الأمثلة على ذلك أيضًا:
Contoh lainnya dari hal tersebut adalah:
ما ذكره ابن عطية عند قوله تعالى:
Apa yang disebutkan oleh Ibnu ‘Athiyyah saat menafsirkan firman Allah:
﴿وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ﴾ [سورة النحل: ١١٢]
“Dan Allah membuat perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram; rezekinya datang kepadanya dengan melimpah dari segala tempat.” (Surah an-Naḥl ayat 112)
قال: «وحكَى الطبري عن حفصة أمّ المؤمنين أنها كانت تسأل -في وقت حَصْرِ عثمان بن عفان رضي الله عنه-: ما صنع الناس؟ وهي صادرة من الحج من مكة. فقيل لها: قُتِل. فقالت: والذي نفسي بيده إنها القرية، تعني المدينةَ، التي قال الله لها: ﴿وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا﴾ الآية.
Ia berkata: “Telah dinukil oleh ath-Thabari bahwa Hafshah –istri Nabi ﷺ– pernah bertanya ketika ‘Utsman bin ‘Affan رضي الله عنه sedang dikepung: ‘Apa yang dilakukan orang-orang?’ Saat itu ia baru kembali dari haji di Makkah. Maka dikatakan padanya: ‘Ia telah terbunuh.’ Maka Hafshah berkata: ‘Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya inilah desa itu,’ yang ia maksud adalah Madinah, yaitu desa yang dimaksud Allah dalam firman-Nya :
﴿وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ﴾ [سورة النحل: ١١٢]
“Dan Allah membuat perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram; rezekinya datang kepadanya dengan melimpah dari segala tempat.” (Surah an-Naḥl ayat 112) 2
قال القاضي أبو محمد: فأدخل الطبري هذا على أنّ حفصة قالت: إنّ الآية نزلت في المدينة، وإنها هي التي ضُربت مثلًا. والأمر عندي ليس كذلك، وإنما أرادت أنّ المدينةَ قد حصَلَت في محذور المثَل، وحلَّ بها ما حلَّ بالتي جُعلت مثلًا، وكذلك يتوجَّه عندي في الآية أنها قُصد بها قريةٌ غير معيَّنة جُعلت مثلًا لمكة، على معنى التحذير لأهلها ولغيرها من القرى إلى يوم القيامة
Al-Qadhi Abū Muḥammad (Ibnu ‘Athiyyah) berkata: “Ath-Thabari memahami bahwa Hafshah bermaksud mengatakan bahwa ayat tersebut diturunkan mengenai Madinah, dan bahwa Madinah itulah desa yang dijadikan sebagai perumpamaan. Tapi menurut saya tidak demikian maksudnya. Hafshah hanya ingin mengatakan bahwa Madinah telah mengalami apa yang dijadikan sebagai perumpamaan dalam ayat itu; yakni bahwa Madinah pun mengalami apa yang telah menimpa desa yang dijadikan perumpamaan. Menurut saya, ayat ini ditujukan kepada desa yang tidak disebutkan namanya, yang dijadikan sebagai perumpamaan untuk Makkah sebagai bentuk peringatan kepada penduduknya dan desa-desa lainnya hingga Hari Kiamat.”3
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Baca lebih nyaman dengan aplikasi rezandroid. Download versi terbaru di Google Play Store : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.rezaervani.rezandroid
Leave a Reply