
حكم النقاب والأدلة على وجوب الستر
Hukum Memakai Niqab dan Dalil-Dalil Kewajiban Menutup Aurat
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Hukum Memakai Niqab ini termasuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan:
ما هو حكم لبس النقاب في الاسلام؟
Apa hukum memakai niqab dalam Islam?
الإجابــة
Jawaban:
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله .. وبعد:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, amma ba’du:
فقد اختلف العلماء في وجوب تغطية الوجه والكفين من المرأة أمام الأجانب .
Para ulama berbeda pendapat mengenai kewajiban menutup wajah dan kedua telapak tangan wanita di hadapan laki-laki nonmahram.
فمذهب الإمام أحمد والصحيح من مذهب الشافعي أنه يجب على المرأة ستر وجهها وكفيها أمام الرجال الأجانب ، لأن الوجه والكفين عورة بالنسبة للنظر ،
Mazhab Imam Ahmad dan pendapat yang shahih dari mazhab Syafi’i menyatakan bahwa wajib bagi wanita untuk menutupi wajah dan kedua telapak tangannya di hadapan laki-laki asing, karena wajah dan tangan termasuk aurat dalam hal pandangan.
ومذهب أبي حنيفة ومالك أن تغطيتهما غير واجبة ، بل مستحبة ، لكن أفتى علماء الحنفية والمالكية منذ زمن بعيد أنه يجب عليها سترهما عند خوف الفتنة بها أو عليها. والمراد بالفتنة بها : أن تكون المرأة ذات جمال فائق ، والمراد بخوف الفتنة عليها أن يفسد الزمان، بكثرة الفساد وانتشار الفساق .
Sedangkan menurut Abu Hanifah dan Malik, menutup keduanya tidak wajib, tetapi disunnahkan. Namun, para ulama Hanafiyah dan Malikiyah telah sejak lama berfatwa bahwa menutupnya menjadi wajib ketika ada kekhawatiran fitnah terhadap wanita tersebut atau darinya. Yang dimaksud dengan fitnah terhadapnya adalah jika wanita itu memiliki kecantikan yang luar biasa. Adapun fitnah darinya adalah ketika zaman telah rusak dengan tersebarnya kemaksiatan dan banyaknya orang fasik.
وعلى هذا يمكن أن يقال إن فقهاء المذاهب الأربعة متفقون على وجوب ستر وجه المرأة عند خوف الفتنة وفساد الزمن.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa para ulama dari empat mazhab sepakat atas kewajiban menutup wajah wanita ketika dikhawatirkan terjadi fitnah dan kerusakan zaman.
وأما الأدلة على وجوب الستر من القرآن والسنة فكثيرة منها :
Adapun dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah yang menunjukkan kewajiban menutup aurat sangat banyak, di antaranya:
1- قوله تعالى
1) Firman Allah Ta’ala:
( يا أيها النبي قل لأزواجك وبناتك ونساء المؤمنين يدنين عليهن من جلابيبهن ذلك أدنى أن يعرفن فلا يؤذين ) [الأحزاب:59] .
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan para wanita mukmin: hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka.” (Surah Al-Ahzab ayat 59).
وقد قرر أكثر المفسرين أن معنى الآية : الأمر بتغطية الوجه ، فإن الجلباب هو ما يوضع على الرأس ، فإذا اُدنِي ستر الوجه ، وقيل : الجلباب ما يستر جميع البدن ، وهو ما صححه الإمام القرطبي ، وأما قوله تعالى في سورة النور
Sebagian besar ahli tafsir menjelaskan bahwa maksud ayat ini adalah perintah untuk menutupi wajah, karena jilbab adalah sesuatu yang dikenakan di kepala, sehingga ketika dijulurkan maka akan menutupi wajah. Ada juga yang mengatakan bahwa jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh, sebagaimana dikukuhkan oleh Imam Al-Qurthubi. Adapun firman Allah dalam Surah An-Nur:
( إلا ما ظهر منها )
“kecuali yang (biasa) tampak darinya”,
فأظهر الأقوال في تفسيره : أن المراد ظاهر الثياب كما هو قول ابن مسعود رضي الله عنه ، أو ما ظهر منها بلا قصد كأن ينكشف شيء من جسدها بفعل ريح أو نحو ذلك . والزينة في لغة العرب ما تتزين به المرأة مما هو خارج عن أصل خلقتها كالحلي والثياب ، فتفسير الزينة ببعض بدن المرأة كالوجه والكفين خلاف الظاهر .
maka pendapat yang paling kuat dalam penafsirannya adalah bahwa yang dimaksud adalah bagian luar pakaian, sebagaimana pendapat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, atau bagian tubuh yang tampak tanpa disengaja, seperti tersingkap karena tiupan angin dan semisalnya. Dalam bahasa Arab, “perhiasan” (زينه) adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk berhias dan berada di luar tubuh aslinya seperti perhiasan dan pakaian. Maka menafsirkan perhiasan sebagai bagian tubuh seperti wajah dan tangan bertentangan dengan makna lahiriah ayat tersebut.
2- آية الحجاب وهي قوله تعالى
2) Ayat hijab, yaitu firman Allah Ta’ala :
( وإذا سألتموهن متاعاً فاسألوهن من وراء حجاب ذلكم أطهر لقلوبكم وقلوبهن ) [الأحزاب:53] .
“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari balik hijab. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Surah Al-Ahzab ayat 53).
وهذه الطهارة ليست خاصة بأمهات المؤمنين ، بل يحتاج إليها عامة نساء المؤمنين ، بل سائر النساء أولى بالحكم من أمهات المؤمنين الطاهرات المبرءات.
Dan kesucian ini bukanlah khusus untuk istri-istri Nabi saja, namun juga dibutuhkan oleh seluruh wanita beriman, bahkan semua wanita lebih layak untuk berhukum dengan ayat tersebut dibandingkan dengan istri-istri Nabi yang suci dan terjaga.
3- قوله تعالى
3) Firman Allah Ta’ala:
( وليضربن بخمرهن على جيوبهن ) [النور:31] .
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (Surah An-Nur ayat 31).
وقد روى البخاري عن عائشة رضي الله عنها قالت ” لما أنزلت هذه الآية أخذن أزرهن. فشققنها من قبل الحواشي فاختمرن بها ” . قال الحافظ ابن حجر : ( فاختمرن ) أي غطين وجوههن.
Telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa ia berkata, “Ketika ayat ini diturunkan, mereka mengambil kain sarung mereka, lalu merobeknya dari sisi tepiannya dan mereka menutupkan ke kepala mereka.” Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: (فاختمرن) artinya mereka menutupi wajah-wajah mereka.
4- قوله تعالى:
4) Firman Allah Ta’ala:
( والقواعد من النساء اللاتي لا يرجون نكاحاً فليس عليهن جناح أن يضعن ثيابهن غير متبرجات بزينة وأن يستعففن خير لهن)[النور:60] ،
“Dan para wanita tua yang telah terhenti dari (haid dan) tidak ingin menikah lagi, tidak ada dosa atas mereka untuk menanggalkan pakaian mereka dengan tidak menampakkan perhiasan, dan bersikap iffah (menjaga diri) adalah lebih baik bagi mereka.” (Surah An-Nur ayat 60).
فدل الترخيص للقواعد من النساء وهن الكبيرات اللاتي لا يشتهين بوضع ثيابهن ، والمقصود به ترك الحجاب ، بدليل قوله بعد ذلك:
Ayat ini menunjukkan bahwa wanita-wanita tua yang sudah tidak memiliki keinginan untuk menikah diberikan keringanan untuk melepaskan sebagian pakaiannya, maksudnya adalah boleh tidak memakai hijab. Ini dijelaskan dengan lanjutan ayat:
( غير متبرجات بزينة )
“dengan tidak menampakkan perhiasan”,
أي غير متجملات ، فيما رخص لهن بوضع الثياب عنه وهو الوجه ، لأنه موضع الزينة ، دلّ هذا الترخيص للنساء الكبيرات أن غيرهن ، وهن الشواب من النساء مأمورات بالحجاب وستر الوجه ، منهيات عن وضع الثياب ، ثم ختمت الآية بندب النساء العجائز بالاستعفاف ، وهو كمال التستر طلباً للعفاف
yakni tidak berhias, yang menunjukkan bahwa bagian yang boleh dilepas adalah wajah karena ia merupakan tempat berhias. Maka, keringanan ini untuk wanita tua menunjukkan bahwa selain mereka, yaitu para wanita muda, diperintahkan untuk berhijab dan menutupi wajah, serta dilarang untuk membuka pakaian tersebut. Ayat ini ditutup dengan menganjurkan para wanita tua untuk tetap menjaga kesucian, yaitu menutup diri secara sempurna demi menjaga kehormatan:
( وأن يستعففن خير لهن).
“dan bersikap iffah (menjaga diri) lebih baik bagi mereka.”
5- روى الترمذي وغيره من حديث أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :
5) Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan yang lainnya dari Abu Hurairah bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda :
” المرأة عورة فإذا خرجت استشرفها الشيطان “.
“Wanita itu adalah aurat. Jika ia keluar, setan akan memperindahnya.”
وهذا دليل على أن جميع بدن المرأة عورة بالنسبة للنظر .
Ini adalah dalil bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat dalam hal pandangan.
6- وعن ابن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ”
6) Dari Ibnu Umar, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
لا تنتقب المرأة المحرمة ولا تلبس القفازين ” رواه البخاري وغيره .
“Wanita yang sedang berihram tidak boleh memakai cadar dan tidak boleh mengenakan sarung tangan.” (Hadits Riwayat Imam Bukhari dan lainnya).
قال الإمام أبوبكر بن العربي : وذلك لأن سترها وجهها بالبرقع فرض إلا في الحج ، فإنها ترخي شيئا من خمارها على وجهها غير لاصق به، وتعرض عن الرجال ويعرضون عنها. انتهى من عارضة الأحوذي . وقد قالت أم المؤمنين عائشة رضي الله عنها :
Imam Abu Bakar Ibnul ‘Arabi berkata: Ini karena menutupi wajah dengan cadar adalah wajib kecuali dalam ibadah haji. Dalam haji, wanita menurunkan sebagian kerudungnya ke wajahnya tanpa menempelkannya, dan berpaling dari laki-laki, serta laki-laki pun berpaling darinya. (selesai dari kitab ‘Aaridhat al-Ahwazi). Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha juga berkata:
كنا إذا مر بنا الركبان – في الحج- سدلت إحدانا الجلباب على وجهها ، فإذا جاوزونا كشفناه .
“Jika para pengendara (laki-laki) melewati kami saat haji, maka salah satu dari kami menjulurkan jilbab ke wajahnya. Jika mereka sudah lewat, kami membukanya kembali.”
إلى غير ذلك من الأدلة : وننصحك بقراءة كتاب ” عودة الحجاب ” للدكتور محمد أحمد إسماعيل ، القسم الثالث من الكتاب ، للوقوف على الأدلة مفصلة والله أعلم .
Masih banyak dalil lainnya. Kami anjurkan Anda membaca kitab “‘Awdah al-Hijab” karya Dr. Muhammad Ahmad Ismail, khususnya pada bagian ketiga dari kitab tersebut, untuk mengetahui dalil-dalil tersebut secara rinci. Wallahu a‘lam.
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply