أقوال أهل العلم في تعريف الدَّيُّوث
Definisi Dayyuts Menurut Para Ulama
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Definisi Dayyuts Menurut Para Ulama ini masuk dalam Kategori Keluarga
السؤال
Pertanyaan
هل كل شخص متزوج بمتبرجة يكون دَيُّوثًا بالضرورة؟ وما حكم القول لشخص: أنت ديوث؛ لكون زوجته غير محجبة، رغم أنه ينصحها بالحجاب، وصابر عليها، لكن لا يريد طلاقها لعدة مصالح. فهل يكون ديوثا؟
Apakah setiap orang yang menikah dengan wanita yang berpenampilan terbuka akan dianggap sebagai dayyuts? Bagaimana hukumnya mengatakan kepada seseorang : “Kamu dayyuts” karena istrinya tidak berhijab, meskipun ia menasehatinya untuk memakai hijab dan bersabar dengan kondisi tersebut, namun ia tidak ingin menceraikannya karena beberapa kepentingan. Apakah ia menjadi dayyuts?
الإجابــة
Jawaban
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله، وصحبه، أما بعد:
فالدِّياثَة صفة قبيحة من أقبح الصفات، وقد ورد في صاحبها وعيد شديد؛ ففي مسند أحمد عن عبد الله بن عمر أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال:
Dayyuts adalah sifat buruk dari sifat-sifat yang sangat buruk, dan telah diterangkan dalam hadits bahwa orang yang memiliki sifat ini diancam keras. Dalam Musnad Ahmad dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ثلاثة قد حرم الله -تبارك وتعالى- عليهم الجنة: مدمن الخمر، والعاق، والديوث، الذي يقر في أهله الخبث.
“Tiga orang yang Allah -Tabaraka wa Ta’ala – haramkan surga atas mereka: pecandu alkohol, yang durhaka kepada orang tuanya, dan dayyuts, yang membiarkan keburukan terjadi pada keluarganya.”
جاء في شرح سنن أبي داود لابن رسلان: والديوث بالثاء المثلثة هو الذي يرى في أهله الفاحشة ويقرهم عليها. انتهى.
Ibn Ruslan menjelaskan dalam syarah Sunan Abi Dawud bahwa dayyuts adalah orang yang melihat kejahatan pada keluarganya dan membiarkannya.
وقال المناوي -رحمه الله- في فيض القدير: والديوث…هو الذي يُقِرُّ في أهله: أي زوجته أو سريته وقد يشمل الأقارب أيضا. الخبث: يعني الزنا بأن لا يغار عليهم. انتهى.
Menurut Al Manawi rahimahullah dalam Faidh al Qadir, dayyuts adalah orang yang membiarkan keluarganya, yaitu istrinya atau budak wanitanya, dan bisa juga termasuk kerabatnya, melakukan zina tanpa rasa cemburu.
فوصف الشخص المتزوج بمتبرجة بأنّه ديوث؛ أو شتمه بذلك؛ لا يجوز، وهو غير صحيح، لا سيِّما إن كان غير راضٍ به، وينهى عنه.
Maka, menyebut seseorang yang menikah dengan wanita yang berpenampilan terbuka sebagai dayyuts atau menghinanya dengan sebutan itu adalah tidak benar dan tidak boleh, terutama jika dia tidak setuju dengan itu dan ia menasehati mereka.
لكن لا يجوز له أن يتركها تخرج متبرجة تفتن الرجال؛ وهو مسؤول عن ذلك، فالزوج له القوامة على زوجته.
Namun, tidak boleh baginya membiarkan istrinya keluar dengan penampilan terbuka yang bisa menggoda pria; dan dia bertanggung jawab atas hal itu, karena suami memiliki kewenangan atas istrinya.
قال الطبري -رحمه الله- في تفسيره: يعني بقوله جل ثناؤه: “الرجال قوّامون على النساء”، الرجال أهل قيام على نسائهم، في تأديبهن، والأخذ على أيديهن فيما يجب عليهن لله، ولأنفسهم.
Ath Thabari rahimahullah dalam tafsirnya berkata, berdasarkan Firman Allah: “Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita,” laki-laki adalah pemimpin dalam mendidik mereka, dan mengontrol tindakan mereka dalam memenuhi kewajiban mereka kepada Allah dan kepada diri mereka sendiri.
……. وعن السدي:”الرجال قوامون على النساء”، قال: يأخذون على أيديهن، ويُؤدّبونهن. انتهى.
Dan menurut As-Suddi tentang Firman Allah: “Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita” (Surah An Nisa ayat 34), ia berkata: “Mereka (suami) mengambil tanggung jawab atas mereka (para wanita), membimbing mereka, dan mendidik mereka.” Selesai.
وقال السعدي -رحمه الله- في تفسيره: قوامون عليهن بإلزامهن بحقوق الله تعالى، من المحافظة على فرائضه، وكفهن عن المفاسد. انتهى.
As Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi wanita dengan memastikan mereka memenuhi hak-hak Allah, menjaga kewajiban-kewajiban-Nya, dan mencegah mereka dari perbuatan maksiat.
والسكوت عن هذا المنكر والتهاون فيه؛ يخشى على صاحبه أن يكون فيه نوع من الدياثة ووسيلة إليها؛ وهذا خطر عظيم على دين الشخص.
Mengabaikan dan membiarkan kemungkaran ini bisa membuat seseorang diduga memiliki sifat dayyuts, dan ini adalah bahaya besar bagi agama seseorang.
وقد سئل الشيخ ابن باز -رحمه الله-: هل الديوث هو الذي يسمح لزوجته بالنظر إلى الفساد في التلفاز، أو الفيديو، أو يسمح لها بالخروج متبرجة؟ أم الديوث هو الذي يقر الزنا في أهله؟ متى يسمى الرجل ديوثًا حقيقيًا؟
Sheikh Ibn Baz rahimahullah ditanya, apakah dayyuts adalah orang yang membiarkan istrinya menonton kefasadan di televisi atau keluar dengan berpenampilan terbuka ? Ataukah dayyuts adalah orang yang merestui perbuatan zina pada keluarganya ? Kapan seorang laki-laki disebut sebagai dayyuts secara sebenarnya ?
الجواب: المعروف أن الديوث هو الذي يرضى الفاحشة في أهله، يرضى بأن تزني، يرضى بفعلها الفاحشة، هذا هو الديوث الذي يرضى بالمعصية، والشر في أهله، أي الفساد في أهله، يقرهم على ذلك، وربما دعا إلى ذلك، وأخذ عليه الفلوس، نسأل الله العافية والسلامة.
Jawaban: Yang telah diketahui bahwa dayyuts adalah orang yang merestui perbuatan keji di kalangan keluarganya, merestui istrinya berzina, dan merestui perbuatan keji tersebut. Itulah dayyuts, yaitu orang yang ridha terhadap kemaksiatan dan keburukan dalam keluarganya, serta membiarkan mereka melakukan hal tersebut. Bahkan, mungkin dia mengajak kepada hal itu dan mengambil keuntungan darinya (seperti mendapatkan uang). Kita memohon kepada Allah keselamatan dan perlindungan dari keburukan tersebut
لكن إقرارهم على المعاصي التي تدعو إلى الزنا نوع من الدياثة، إقرارهم على رؤية العراة من الرجال، أو سماع الأغاني، أو آلات الملاهي، قد يدعو إلى الدياثة، قد يدعو إلى الفساد هذا، لكن ليس هذا هو الدياثة، لكنه وسيلة إلى الدياثة، ووسيلة إلى الشر. انتهى من فتاوى الجامع الكبير.
Namun, membiarkan mereka melakukan maksiat yang dapat mengarah pada zina adalah termasuk jenis dayyuts. Membiarkan mereka melihat laki-laki telanjang, mendengarkan lagu-lagu, atau menggunakan alat-alat hiburan yang diharamkan bisa menjadi jalan menuju sifat dayyuts. Hal itu dapat menjadi penyebab kerusakan, tetapi bukan merupakan sifat dayyuts itu sendiri, melainkan sarana yang mengarah kepada dayyuts dan kejahatan.
— Selesai, dikutip dari Fatawa al Jami’ al Kabir. —
وسئل الشيخ ابن عثيمين -رحمه الله-: نحن نعلم بأن (الديوث هو: الذي يقر الفاحشة في أهله) -أعاذنا الله من ذلك- فهل تطلق كلمة ديوث على صاحب الدش؛ لأنه مقر بدخول الدش إلى بيته، ومعرفته أن أهله يشاهدون المحرمات؟
Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah pernah ditanya: Kita mengetahui bahwa dayyuts adalah orang yang merestui perbuatan keji di kalangan keluarganya (semoga Allah melindungi kita dari sifat ini). Apakah istilah dayyuts juga berlaku pada pemilik parabola, karena ia membiarkan parabola masuk ke rumahnya dan mengetahui bahwa keluarganya menonton hal-hal yang diharamkan ?
الجواب: لا، ليس بديوث؛ لأن الفاحشة الزنا -والعياذ بالله- بأن يعلم بأن امرأته تزني فيقر الفاحشة. انتهى من دروس للشيخ العثيمين.
Jawaban: Tidak, dia bukan seorang dayyuts, karena perbuatan keji (yang dimaksud) adalah zina – semoga Allah melindungi kita darinya – yaitu seseorang mengetahui bahwa istrinya berzina dan merestui perbuatan keji tersebut. (
— Selesai kutipan dari Duruus Syaiikh Ibn Utsaimin —
وفي نظم نوازل العلوي للميابي الشِّنقيطِيَّيْن:
Dalam syair Nazham Nawazil al Ulawi karya al Mayaabi asy Syinqithi disebutkan:
وتارك الزوجة عمدا تخرج أطرافها بادية تبرج …. فلا إمامة ولا شهاده له، وإن جرت بذاك عاده
Dan orang yang dengan sengaja membiarkan istrinya keluar, Memamerkan anggota tubuhnya dalam penampilan yang terbuka tidak pantas menjadi imam, tidak pula kesaksiannya diterima, Walaupun kebiasaan tersebut sudah menjadi adat.
والله أعلم.
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply