Syarh ar Risalah at Tadmuriyyah (Bagian 2)
Oleh : Prof. DR. Muhammad Ibnu Abdir Rahman Al Khumais
Kompilasi dan Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Semua Syarh ar Risalah at Tadmuriyyah kami tempatkan dibawah kategori Syarh Tadmuriyah DR. Al Khumais
w
وأما المخالفون في الاعتقاد فقد رد عليهم شيخ الإسلام وحصر مناظرتهم في أصلين:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah p memberikan tanggapan terhadap para penentang dalam akidah dengan membatasi perdebatan mereka dalam dua pokok:
الأول: القول في بعض الصفات كالقول في بعض.
Pertama, Pembicaraan tentang sebagian sifat seperti pembicaraan tentang sebagian sifat lainnya.
الثاني: القول في الصفات كالقول في الذات.
Kedua, Pembicaraan tentang sifat-sifat seperti pembicaraan tentang zat.
ثم ضرب مثالين ليبيِّن مباينة الخالق للمخلوق (الأول في الجنة ونعيمها والثاني في الروح) ، وبين أن نعيم الجنة يباين موجودات الدنيا مع الاتفاق في الأسماء، فمباينة الخالق أوْلى، وكذلك الروح موصوفة بأنها تذهب وتجيء، ومع ذلك هي مباينة لغيرها من المخلوقات فمباينة الخالق أولى.
Kemudian, beliau memberikan dua contoh untuk menjelaskan perbedaan antara Sang Pencipta dengan makhluk-Nya. Contoh pertama tentang surga dan kenikmatannya, dan contoh kedua tentang ruh. Beliau menjelaskan bahwa kenikmatan surga berbeda dengan keberadaan di dunia meskipun namanya sama. Maka, perbedaan antara Sang Pencipta dan makhluk-Nya lebih utama. Demikian pula, ruh memiliki sifat bisa pergi dan datang, namun tetap berbeda dengan makhluk lainnya. Maka, perbedaan Sang Pencipta lebih utama.
ثم ذكر سبع قواعد لمناظرة أهل التعطيل والتفويض:
Kemudian beliau menyebutkan Tujuh Kaidah dalam Menanggapi Ahli Ta’thil dan Tafwidh :
القاعدة الأولى: أن الله تعالى موصوف بالإثبات خلافاً للمعطلة، وموصوف بالنفي خلافاً للمشبِّهة.
Kaidah Pertama: Allah Ta’ala disifati dengan sifat yang ditetapkan (itsbat), berbeda dengan ahli ta’thil yang meniadakan sifat, dan Allah juga disifati dengan sifat yang ditolak berlaku pada Allah (nafi’), berbeda dengan kaum musyabbihah (yang menyerupakan Allah dengan makhluk).
القاعدة الثانية: أن ما يُضاف إلى الله منه ما هو ثابت في الكتاب والسنة فيثبت لله، ومنه ما لم يرد فيهما فلفظه غير مقبول، وأما المعنى فيستفصل عنه ويتوقف في لفظه، فإن كان حقاً قبل وإلا رد اللفظ والمعنى.
Kaidah Kedua: Sesuatu yang itsbat kepada Allah dalam Al-Qur’an dan Sunnah, maka ia harus di-itsbat sebagai sifat-Nya. Adapun yang tidak terdapat dalam keduanya, maka tidak dapat diterima. Adapun maknanya, maka harus ditafshil dan dicukupkan pada lafazhnya. Jika benar, maka diterima, jika tidak, maka lafazh dan maknanya ditolak.
القاعدة الثالثة: في بيان معنى ظاهر النصوص، وهل هو مراد أم لا؟.
Kaidah Ketiga: Menjelaskan makna zahir dari nash-nash (teks syar’i), apakah maknanya dimaksudkan atau tidak.
القاعدة الرابعة: ومحورها يدور على ما يترتب من التوهم في صفات الله عند المعطلة فمن يتوهم التشبيه ثم ينفي الصفات يقع في محاذير أربعة:
Kaidah Keempat: Kaidah ini adalah seputar akibat-akibat buruk dari sangkaan sifat-sifat Allah menurut ahli ta’thil. Barang siapa terjebak ilusi tasybih (penyerupaan Allah dengan makhluk) lalu meniadakan sifat-sifat Allah, maka dia akan terjatuh dalam empat kesalahan:
أـ تعطيل النصوص،
ب ـ وتعطيل الله عن صفاته،
ج ـ ثم تشبيه الله بخلقه،
د ـ ووصفه بما لا يليق به سبحانه.
- Menolak nash-nash (teks syar’i).
- Menafikan sifat-sifat Allah.
- Menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
- Menyifati Allah dengan apa yang tidak layak bagi-Nya.
القاعدة الخامسة: في بيان أن ما وصف الله به نفسه معلوم المعنى دون الكيف.
Kaidah Kelima: Menjelaskan bahwa sifat-sifat yang Allah sandarkan kepada diri-Nya diketahui maknanya, tetapi tanpa mengetahui caranya (kaifiyah).
القاعدة السادسة: في بيان الضابط السديد في باب الأسماء والصفات وهو إثبات ما أثبته الله لنفسه ونفي ما نفاه عن نفسه، وما لا دليل على نفيه وإثباته يتوقف فيه وكل كمال لا نقص فيه فالله أولى به، وكل نقص فالله منزه عنه.
Kaidah Keenam: Menjelaskan pedoman yang benar dalam pembahasan tentang nama dan sifat Allah, yaitu menetapkan apa yang Allah tetapkan untuk diri-Nya, menafikan apa yang Allah nafikan dari diri-Nya, dan terhadap perkara yang tidak ada dalil tentang penafian atau penetapannya, maka dihentikan pembahasannya. Setiap kesempurnaan tanpa kekurangan, Allah lebih layak untuk memilikinya. Setiap kekurangan, Allah suci darinya.
القاعدة السابعة: تدور على أن ما جاءت به الأدلة في هذا الباب تعرف عن طريق العقل كذلك، إذ العقل الصريح لا يعارض النقل الصحيح، وبهذه القاعدة ختم شيخ الإسلام هذه القواعد المباركة.
Kaidah Ketujuh: Segala hal yang dibawa oleh dalil dalam pembahasan ini dapat diketahui juga melalui akal, karena akal yang sehat tidak bertentangan dengan wahyu yang shahih. Dengan kaidah ini, Syaikhul Islam menutup tujuh kaidah yang penuh berkah ini.
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Leave a Reply