Manfaat Bahasa Arab dan Membaca Kitab



Membaca buku Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris mungkin sudah merupakan hal biasa. Tapi membaca Kitab secara rutin, melatih kemampuan Bahasa Arab secara terus menerus, adalah hal yang baru penulis lakukan beberapa bulan terakhir.

Sungguh besar betul manfaatnya, walaupun barulah terkategori sebagai seorang pemula.

Menurut penulis, setidaknya ada beberapa hal yang merupakan keunggulan kitab-kitab turats dan tidak didapati di buku-buku kontemporer :

      1. Sanad sumber. Berbeda dengan beragam kutipan yang juga ada di berbagai buku atau sumber literasi yang lain, tradisi sanad di Islam adalah sesuatu yang memiliki peran yang penting. Setiap mata rantai berita selalu diuji dan diteliti kemampuan dan amanahnya dalam menyampaikan informasi. Keterangan tentang derajat berita yang diberikan juga mendapatkan perhatian khusus. Ini yang menyebabkan kitab-kitab turats menjadi otentik dari sisi keabsahan berita.
      2. Ujian Sejarah. Panjangnya sejarah yang dilewati suatu tarikan simpulan ilmu yang dituangkan di suatu kitab, menjadikannya teruji secara ilmiah di tiap zaman. Suatu riwayat yang di suatu zaman dianggap shahih, bisa saja mendapatkan pertimbangan lain di zaman yang berbeda, begitu juga sebaliknya. Pertimbangan itu bisa saja salah dan bisa pula benar, dan itulah yang menyebabkan setiap bagian dari kitab turats memiliki opini-opini pembanding yang sangat kaya, yang bahkan dapat pula membawa kepada kesimpulan mandiri yang baru. Tapi tentu saja ada tradisi ilmiah yang membuat hal itu tidak bisa dilakukan dengan cara sembarangan dan tidak pula dapat dilakukan oleh sembarang orang.
      3. Argumentasi dibangun diatas pondasi aqidah yang kokoh. Tidak seluruh yang ada di dunia ini bisa kita pahami dengan akal, maka bingkai aqidah yang shahih membuat rasa lapar itu terkenyangkan, bukan malah menjadi penyakit yang membuat seorang pelajar terjebak dalam sifat takaluf dan ta’asuf. Sebagaimana ucapan malaikat yang mengakuti keterbatas pengetahuan mereka selain yang Allah berikan saja :

قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

Nasehat bahwa Ilmu itu adalah Hujjah, barulah dirasakan saat apa yang kita pelajari benar-benar memiliki akar yang kuat tidak hanya dari segi argumentasi – termasuk sumber-sumber penukilan yang jelas (sanad), diyakini sepenuh hati, serta sudah teruji dalam suatu sejarah panjang.

Allahu A’lam



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.