Apakah Iblis Memiliki Istri (1)



هل لإبليس زوجة؟!

Apakah Iblis Punya Istri (Bagian Pertama)

Oleh : Marwan Muhammad Abu Bakr

Alih Bahasa: Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Apakah Iblis Memiliki Istri ini termasuk dalam Kategori Adab

تَرِدُ على الباحثين الشرعيين أسئلةٌ لا يستطيعون البحث عن جوابها مدةً من الزمن، لا للتفكير في المراجع مَظَنَّةَ الإجابة، أو النظرِ في مقصد السائل، أو التفكير لمعرفة الباب – من أبواب الدين – الذي إليه يُنسَبُ هذا السؤال: الفقهُ، أم العقيدةُ، أم الآدابُ والسلوك؟ ولا ليطلبَ توضيحاً من السائل؛ لكونه أغفل بعض الجوانب المهمة التي تتوقف عليها الإجابة؛ لا ليفعل شيئاً من ذلك؛ ولكنه في حاجة ماسة لا يستطيع دفعها إلى تلكم المدة الزمنية، التي قد تطول أو تقصر، حسب السؤال، والتي يحتاجها الباحث فقط ليضحك!

Para peneliti dalam bidang syariat kadang mendapat pertanyaan yang mereka butuh waktu untuk menjawabnya—bukan karena harus mencari rujukan, atau memahami maksud penanya, atau menentukan apakah pertanyaannya masuk ranah fikih, akidah, atau adab dan akhlak, dan juga bukan karena ingin meminta penjelasan lebih lanjut dari si penanya karena kurang informasi. Tapi karena mereka sedang sangat ingin… tertawa!

فبعض الناس لهم قدرة خارقة على التفكير في أسئلة ما سبقهم إليها أحد من العالمين! ولا فائدة تعود عليهم من معرفة جوابها، ولا ضرر يلحقهم من الجهل بها.

Sebagian orang punya imajinasi luar biasa—mereka bisa mengajukan pertanyaan yang belum pernah terpikirkan oleh siapa pun sebelumnya! Tapi, jawaban dari pertanyaan itu tak memberi manfaat, dan tak juga berbahaya kalau mereka tak tahu jawabannya.

وكنت أظن أن هذا داءٌ حديثٌ، حتى وجدت المتقدمين يشكون من ذلك الداء، فعرفت أن وجودَه قديمٌ.

Awalnya saya kira ini penyakit zaman sekarang. Ternyata para ulama terdahulu juga pernah mengeluhkan hal yang sama. Berarti penyakit ini sudah lama ada.

قال الإمامُ الشَّعْبِيُّ: “إني لَجَالسٌ يوماً، إذ أقبلَ حَمَّالٌ معه دَنٌّ حتى وضَعَهُ، ثم جاءني فقال: أنتَ الشَّعْبِيُّ؟ قلت: نعم! قال: أخبرني عن إبليس؛ هل له زوجة؟!! قلت: إنَّ ذاك لَعُرْسٌ ما شَهِدْتُهُ!” [1]

Imam asy-Sya’bi bercerita: “Suatu hari saya sedang duduk, tiba-tiba datang seorang pemikul barang membawa gentong besar dan meletakkannya. Lalu dia mendekati saya dan bertanya, ‘Anda asy-Sya’bi?’ Saya jawab, ‘Ya.’ Dia berkata, ‘Beritahu saya, apakah Iblis punya istri?’ Saya jawab, ‘Itu acara pernikahan yang saya tidak hadir di sana!’” 1

ونحوُ هذا سؤالُ بعضِهم عن اسمِ كلبِ أهلِ الكهف!! أو أنواع الطير المذكورةِ في قوله تعالى لإبراهيم عليه السلام: {فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ} [البقرة:٢٦٠]!!

Pertanyaan semacam ini mirip dengan orang yang bertanya: apa nama anjing Ashhabul Kahfi? Atau, burung jenis apa yang dimaksud dalam firman Allah kepada Nabi Ibrahim: “Ambillah empat jenis burung” (Surah al Baqarah ayat 260)?

ومثل هذا ما وقع من بني إسرائيل، لمّا قال لهم موسى عليه السلام: {إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً} [البقرة:٦٧]، فسألوا عن أوصافها..

Contohnya juga seperti yang dilakukan Bani Israil saat Musa berkata: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian menyembelih seekor sapi” (Surah al Baqarah ayat 67), tapi mereka malah sibuk menanyakan ciri-ciri sapinya.

إن العلم ليس كلُّه نافعاً مفيداً، بل من العلم ما لا نفعَ فيه، والمسلمُ ينبغي أن ينأى عنه ويجتنبَه؛ قال النبيُّ صلى الله عليه وسلم: 

Tidak semua ilmu itu bermanfaat. Ada juga ilmu yang tidak memberi faedah sama sekali, dan seorang Muslim sebaiknya menjauhinya. Nabi ﷺ pernah berdoa :

((اللهُمَّ! إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا)) [2]

“Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” 2

ومن العلم ما لا يصلحُ أن يَطَّلِعَ عليه كلُّ الناسِ؛ إذ قد يكون اطِّلاعُهُم عليه وَبَالاً عليهم، قال شيخ الاسلام ابن تيمية:

Ada juga ilmu yang tidak pantas untuk diketahui semua orang, karena kalau mereka tahu, justru bisa jadi musibah bagi mereka. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

“ومن المعلوم ما لو عَلِمَه كثيرٌ من الناس لَضَرَّهُم عِلْمُه، ونعوذ بالله من علمٍ لا ينفعُ، وليس اطِّلاعُ كثيرٍ من الناس – بل أكثرهم – على حكم الله في كل شيء؛ نافعاً لهم، بل قد يكون ضارّاً، قال تعالى:

“Ada ilmu yang jika diketahui banyak orang, justru akan membahayakan mereka. Kita berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat. Tidak semua orang mendapat faidah dengan mengetahui hukum Allah dalam segala hal, karena bisa jadi malah membahayakan. Allah berfirman:

{لاَ تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ} [المائدة:١٠١]” [3]

‘Jangan kalian tanyakan sesuatu yang jika dijelaskan kepada kalian, justru akan menyusahkan kalian.’” (Surah al Ma’idah ayat 101). 3

وإن كثيراً من تلكُمُ الأسئلةِ المُتَقَعِّرَةِ لم تَلْقَ من الشارع جواباً؛ لأنها لا تفيد عملاً، فلما سأل سائلٌ عن الهلال: لِمَ يَبْدُو صغيراً ثم يَكْبُرُ؟ تجاوزَ الشارعُ الجوابَ عن هذا التساؤل، الذي لا يفيد عملاً، وقصد إلى ما يفيد، فأجاب إجابةً لم يُرِدْها السائلُ، ولكنها أنفعُ له وأحسن، فقال تعالى: 

Banyak dari pertanyaan yang terlalu mengada-ada seperti itu tidak diberi jawaban oleh syariat karena tidak ada faedah amalnya. Misalnya, ketika ada yang bertanya: “Kenapa bulan sabit terlihat kecil lalu membesar?” Syariat tidak menjawab pertanyaan itu secara langsung karena tidak membawa manfaat praktis, tapi langsung mengarahkan ke yang bermanfaat, yaitu:

{قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ} [البقرة:١٨٩]

“Katakanlah: itu adalah penentu waktu bagi manusia dan ibadah haji.” (Surah al Baqarah ayat 189)

ولما جاء رجلٌ إلى النبيِّ – صلى الله عليه وسلم – يسألُه: متى الساعةُ؟ أَعْرَضَ النبيُّ – صلى الله عليه وسلم – عن الإجابةِ عن هذا السؤال، الذي لا نفعَ في جوابِهِ للسائلِ، ووَجَّهَهُ للبحثِ في الأنفعِ غير الذي عَنَاه، فقال: ((وَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟)) قَالَ: مَا أَعْدَدْتُ لَهَا إِلاَّ أَنِّي أُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ، قَالَ:

Ketika seorang lelaki bertanya kepada Nabi ﷺ, “Kapan hari kiamat akan terjadi?”, Nabi tidak menjawab langsung karena jawabannya tidak memberi manfaat. Nabi justru mengarahkan ke hal yang lebih penting, “Apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “Aku tidak menyiapkan apa-apa kecuali aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Nabi bersabda,

((إِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ)) [4]

“Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.” 4

Bersambung ke bagian berikutnya

Sumber : Alukah

Catatan Kaki

  1. Tahdzib al-Kamal, 14/37
  2. HR. Muslim, 4/2088, no. 2722
  3. Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah, 3/39
  4. HR. Bukhari no. 5815 dan Muslim no. 2639. Lafaz ini dari Bukhari.


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.