
نقد روايات النزول عند ابن عطية
Kritik terhadap Riwayat Asbabun Nuzul menurut Ibnu ‘Athiyyah (Bagian Kesepuluh)
Oleh : Syaikh Muhammad Shalih Sulaiman
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Kritik Terhadap Riwayat Asbabun Nuzul ini masuk dalam Kategori Asbabun Nuzul
Artikel ini berasal dari kitab “ash-Shina‘ah an-Naqdiyyah fi Tafsir Ibni ‘Athiyyah”, terbitan Markaz Tafsir tahun 1437 H / 2016 M, hlm. 291 dan setelahnya
١٠) بيان ما يتعلّق بروايات النزول من إشكاليات واحتمالات وتوجيهات:
10) Penjelasan Tentang Permasalahan, Kemungkinan, dan Penafsiran yang Berkaitan dengan Riwayat Sebab Turunnya Ayat:
كانت دراسة ابن عطية للروايات الواردة في نزول الآيات القرآنية دراسة قائمة على التحليل والتدقيق والموازنة بين الروايات، وبيان ما يَرِد عليها من إِشكالات، وتعديد الاحتمالات التي يمكن أن تتخرَّج الإشكاليات عليها، وتوجيه ذلك كلّه بتوجيهات رائقة ولفتات بديعة.
Studi Ibnu ‘Athiyyah terhadap riwayat-riwayat yang berkaitan dengan sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an adalah studi yang berbasis analisis, ketelitian, dan perbandingan antar riwayat, serta menjelaskan problematika yang muncul, menyebutkan berbagai kemungkinan yang dapat dijadikan rujukan terhadap problem tersebut, serta menyajikan semuanya itu dengan penafsiran yang elegan dan pandangan yang tajam.
وقد كان توجيهُه للأقوال ورَفْعُه للإشكال على صور؛ منها:
Penafsiran Ibnu ‘Athiyyah terhadap berbagai pendapat dan usahanya dalam menghilangkan kerancuan dilakukan dengan berbagai bentuk, di antaranya:
ذِكْر معنى آخر للَّفظة المفسَّرة ينسجم والمعنى المُفسَّر:
1. Menyebutkan makna lain dari lafaz yang ditafsirkan agar sejalan dengan makna yang dimaksud:
ففي قوله تعالى:
Pada firman Allah:
﴿فَمَا لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ﴾ [النساء: ٨٨]
“Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik?” (Surah an Nisaa ayat 88)
نقلَ ابن عطية الاختلاف في المراد بالمنافقين، فذكر أقوالًا مفادُها أنهم كانوا بمكة ولم يهاجروا، وأقوالًا أخرى مفادُها أنهم كانوا بالمدينة،
Ibnu ‘Athiyyah menyebutkan adanya perbedaan pendapat mengenai siapa yang dimaksud dengan orang-orang munafik. Ia mengemukakan beberapa pendapat, di antaranya bahwa mereka adalah orang-orang yang berada di Mekah dan belum berhijrah, dan pendapat lain menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang tinggal di Madinah.
ثم أَوْرَدَ إِشكالًا على من قال بكونهم في المدينة قائلًا: «وكلُّ من قال في هذه الآية إنها فيمن كان بالمدينة يَرُدُّ عليه قولُه:
Kemudian Ibnu ‘Athiyyah mengajukan keberatan terhadap pendapat yang menyatakan bahwa mereka berada di Madinah dengan berkata, “Setiap orang yang mengatakan bahwa ayat ini turun mengenai mereka yang berada di Madinah akan terbantah oleh firman-Nya:
﴿حَتَّى يُهَاجِرُوا﴾ [النساء: ٨٩]
“…hingga mereka berhijrah pada jalan Allah…” (Surah anNisaa ayat 89) 1
ثم ذكر كيفية رفْعِ هذا الإِشكال بقوله: «لكنّهم يُخرِجُون الـمُهَاجَرةَ إلى هَجْرِ ما نهَى الله عنه، وتركِ الخلافِ والنفاقِ، كما قال -صلى الله عليه وسلم-: (والـمُهَاجِرُ مَن هَجَرَ ما نهَى اللهُ عنه) .
Kemudian Ibnu ‘Athiyyah menjelaskan cara mengatasi keberatan tersebut dengan mengatakan: “Namun mereka menafsirkan hijrah sebagai meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan meninggalkan sikap menyelisihi serta kemunafikan, sebagaimana sabda Nabi ﷺ: ‘Seorang muhajir (yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.’”2
فقد حمَلَ الهجرةَ على معنى تركِ المحرَّمات لا على معنى الانتقال من مكان إلى مكان؛ دفعًا للإشكال الوارد على معنى الانتقال.
Dengan demikian, ia menafsirkan makna hijrah sebagai meninggalkan hal-hal yang haram, bukan sebagai perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, demi menghilangkan keberatan yang muncul dari makna hijrah sebagai perpindahan fisik.
إخراج كلام المفسِّر في النزول مخرج المُبالَغة:
2. Memahami ucapan mufassir yang menyebut “turunnya ayat” sebagai bentuk hiperbola (penekanan):
فعند قوله تعالى:
Contohnya, pada firman Allah
﴿وَالَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ﴾ [النساء: ٣٨].
قال ابن عطية: «قال مجاهد: نزلت هذه الآية في اليهود. قال الطبري: وهذا ضعيف؛ لأنه نفَى عن هذه الصفةِ الإيمانَ بالله واليوم الآخر، واليهود ليسوا كذلك. قال القاضي أبو محمد: وقول مجاهد مُتَّجِه على المبالغة والإلزام؛ إِذْ إيمانُهُم باليوم الآخر كَلَا إيمانٍ، من حيث لا ينفعهم
Ibnu ‘Athiyyah berkata: “Mujahid mengatakan bahwa ayat ini turun mengenai orang-orang Yahudi.” Lalu ath-Thabari menolaknya dengan menyatakan: “Ini lemah, karena ayat ini menafikan keimanan kepada Allah dan hari akhir, sementara orang Yahudi tetap mengakui hal itu.” Namun Ibnu ‘Athiyyah menjawab: “Ucapan Mujahid itu dapat dimaklumi jika dimaknai sebagai bentuk penekanan dan hujjah, karena keimanan mereka kepada hari akhir sejatinya tidak memberi manfaat bagi mereka.” 3
التفريق بين سبب نزول الآية والاحتجاج أو الاستشهاد بها:
3. Membedakan antara sebab turunnya ayat dan sekadar menggunakan ayat sebagai dalil atau peringatan:
ففي كلامه عن سورة يس قال: «هذه السورة مكية بإجماع، إلا أن فرقة قالت: إنّ قوله:
Dalam komentarnya tentang Surah Yasin, Ibnu ‘Athiyyah menyatakan bahwa surah ini adalah Makkiyyah menurut ijma’. Namun sekelompok ulama berpendapat bahwa firman Allah:
﴿وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ﴾ [يس: ١٢]
“Dan Kami mencatat segala sesuatu yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.” (Surah Yasin ayat 12)
نزلت في بني سلمة من الأنصار حين أرادوا أن يتركوا ديارهم وينتقلوا إلى جوار مسجد رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال لهم: (دِيارَكُم تُكْتَبْ آثارُكُم) وكَرِهَ رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- أنْ يُعْرُوا المدينة،
mereka katakan turun berkenaan dengan Bani Salamah dari kalangan Anshar, ketika mereka hendak meninggalkan rumah-rumah mereka dan pindah lebih dekat ke Masjid Rasulullah ﷺ. Maka beliau bersabda kepada mereka: “Tetaplah di rumah kalian, karena jejak-jejak kalian akan dicatat.” 4 Rasulullah ﷺ tidak menyukai jika kota Madinah dibiarkan kosong.
وعلى هذا فالآية مدنية، وليس الأمر كذلك؛ وإنما نزلت الآية بمكة، ولكنه احتج بها عليهم في المدينة، ووافقها قولُ النبيِّ -صلى الله عليه وسلم- في المعنى، فمِن هنا قال مَن قال: إنها نزلت في بني سلمة
Oleh karena itu, menurut kelompok tersebut, ayat ini termasuk ayat Madaniyyah. Namun sebenarnya tidaklah demikian. Ayat ini diturunkan di Makkah, hanya saja Nabi ﷺ menggunakan ayat tersebut sebagai hujjah terhadap mereka di Madinah. Sabda beliau juga sesuai dengan makna ayat, maka dari sinilah muncul pendapat bahwa ayat itu turun mengenai Bani Salamah. 5
Alhamdulillah selesai rangkaian artikal 10 (Sepuluh) Seri
Baca lebih nyaman dengan aplikasi rezandroid. Download versi terbaru di Google Play Store : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.rezaervani.rezandroid
Catatan Kaki
- Lihat: al-Muḥarrar al-Wajīz (2/620, 621).
- Lihat: al-Muḥarrar al-Wajīz (2/621); hadits ini diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, Kitab al-Iman, bab al-Muslim man salima al-Muslimun min lisanihi wa yadihi, hlm. 6, no. 10.
- Lihat: al-Muḥarrar al-Wajīz (2/552).
- Kata “yu‘raw” artinya ditinggalkan kosong tanpa rumah atau pemukiman di sekitarnya. Lihat: an-Nihayah fi Gharib al-Hadits (3/226).
- Lihat: al-Muḥarrar al-Wajīz (7/231).
Leave a Reply